Kitab Dhau’us Siraj: Memahami Keutamaan Rajab dan Kisah Isra’ Mi'raj
Ahad, 12 Januari 2025 | 06:00 WIB
M Ryan Romadhon
Kolomnis
Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam. Sebab, bulan ini merupakan bagian dari empat bulan haram (asyhurul hurum) yang sangat dimuliakan dalam Islam, yaitu Muharram, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab.
Pada bulan ini, seluruh umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan semua ibadah dan kebaikan yang ia lakukan melebihi ibadah pada bulan yang lainnya. Hal itu tidak lain untuk menjadikan bulan Rajab sebagai tradisi untuk menciptakan suasana spiritual yang lebih intens, dan menjadikannya sebagai bulan yang istimewa.
Syekh Amin Al-Kurdi, melalui kitabnya Dhau’us Siraj fi Fadhli Rajab wa Qishatil Mi’raj, telah berhasil memaparkan pembahasan mengenai keutamaan bulan Rajab dan kisah-kisah yang berkaitan dengan Isra’ Mi'raj, seraya menampilkan dalil-dalil otoritatif baik dari Al-Qur’an, Hadits, maupun pendapat para ulama.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Amin bin Fathullah Zadah al-Kurdi al-Irbili. Beliau adalah seorang sufi besar yang hidup pada abad 13 Hijriah. Syekh Amin al-Kurdi merupakan penganut sekaligus mursyid tarekat Naqsyabandiyah. Dalam fiqih, beliau menganut madzhab Syafi’i.
Ia lahir di kota Irbil dekat kota Mosul. Irbil adalah salah satu kota di Irak. Namun tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Sebagian sejarawan memperkirakan ia lahir pada paruh kedua abad 13 Hijriyah. Syekh Amin al-Kurdi wafat dan dimakamkan di Kairo tahun 1332 H/ 1914 M. Makam beliau terletak di dekat Perpustakaan al-Azhar dan Darul Ifta’, dekat jalan Sultan Ahmad Kitbai dan jalan Akabir.
Latar Belakang Penulisan
Dalam mukadimah kitabnya ini, Syekh Amin Al-Kurdi sedikit menceritakan alasan yang menjadikannya menulis kitab dengan nama lengkap Dhau’us Siraj fi Fadhli Rajab wa Qishatil Mi’raj ini.
Beliau mengatakan semuanya berawal ketika beliau sedang sibuk menulis kitab yang berjudul, Sirajul Wa’idzin fi Nashihatil Muslimin. Pada waktu itu, beliau sudah menyelesaikan pembahasan mengenai keutamaan bulan Rajab dan kisah-kisah yang berkaitan dengan Isra’ Mi'raj, seraya menampilkan dalil-dalil otoritatif baik dari Al-Qur’an, Hadits, maupun pendapat para ulama.
Kemudian, beliau membacakan isi pembahasan tersebut kepada teman-teman dan santri-santri beliau. Mendengar paparan isi yang dijelaskan oleh Syekh Amin Al-Kurdi, para santri dan sahabatnya pun merasa puas, seraya meminta kepada beliau agar segera membukukan pembahasan khusus seputar bulan Rajab dan Isra’ Mi'raj tersebut dalam kitab tersendiri alias tidak dibarengkan dengan kitab Sirajul Wa’idzin fi Nashihatil Muslimin.
Menanggapi permintaan tersebut, beliau tidak langsung mengabulkan. Akan tetapi beliau meninjau ulang permintaan tersebut, seraya meminta petunjuk dari Allah swt. Setelah mendapatkan petunjuk dan hatinya sudah yakin, barulah beliau mengabulkan permintaan mereka, dan menamai kitabnya dengan nama, Dhau’us Siraj fi Fadhli Rajab wa Qishatil Mi’raj.
Isi Kitab Dhau’us Siraj
Kitab karya Syekh Amin Al-Kurdi ini secara garis besar memaparkan pembahasan tentang keutamaan bulan Rajab dan kisah-kisah yang berkaitan dengan Isra’ Mi'raj, seraya menampilkan dalil-dalil otoritatif, baik dari Al-Qur’an, Hadits, maupun pendapat para ulama.
Adapun paparan yang akan pembaca temukan dalam buku ini secara garis besar meliputi:
- Kewajiban mencintai Rasulullah saw dan mengikuti sunah-sunahnya
- Keutamaan bulan Rajab
- Keutamaan puasa Rajab
- Kisah-kisah yang berkaitan dengan Isra’ Mi'raj
- Hal-hal yang dilihat Nabi Muhammad saw pada malam Mi'raj
- Tafsir ayat Isra’
- Tafsir ayat Mi'raj
- Dalil yang mengatakan Nabi Muhammad saw melihat Dzatnya Allah swt.
- Pembahasan mengenai hamba dapat melihat Allah swt.
- Pembahasan mengenai syafa’at
Keutamaan Bulan Rajab Perspektif Syekh Amin Al-Kurdi
Syekh Amin Al-Kurdi dalam salah satu pembahasannya dalam kitab ini memberitahukan kepada kita bahwa bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Sehingga, jangan sampai kita menyia-nyiakannya dengan hanya melaluinya tanpa beribadah kepada Allah swt.
Lebih jauh, beliau juga berkata bahwa banyak orang yang diberi anugerah dapat menemui bulan Rajab, akan tetapi tidak bertemu dengan bulan Sya’ban. Ada juga yang dapat bertemu dengan bulan Sya’ban, akan tetapi tidak dapat bertemu dengan bulan Ramadan. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk memanfaatkan kesempatan dapat melewati bulan Rajab, dengan beribadah semacam berpuasa, bersedekah, bersilaturrahim, dan sebagainya.
Lebih detail, Syekh Amin juga mengatakan seraya mengutip pendapat para ulama ahli isyarat bahwa kata ‘Rajab’ yang terdiri dari tiga huruf, yakni ر ج ب (ra, jim, dan ba) memiliki isyarat tersendiri.
Huruf ر mempunyai isyarat رحمة الله (rahmatnya Allah), sedangkan huruf ج nya mempunyai isyarat جرم العبد (dosanya hamba), adapun huruf ب nya mempunyai isyarat بر الله (kebaikannya Allah). Sehingga, seakan Allah berfirman begini:
إجعل جرمك وجنايتك بين رحمتي وبري
Artinya: “Jadikanlah dosa-dosa dan kesalahanmu di antara rahmat dan kebaikan-Ku”
Nabi Muhammad saw pernah bersabda,
شهر رجب شهر الله و شهر شعبان شهرى و شهر رمضان شهر أمتى
Artinya: “Bulan Rajab adalah bulannya Allah swt. sedangkan bulan Sya’ban adalah bulanku, Adapun bulan Ramadan adalah bulannya umatku.”
Hal tersebut, menurut Syekh Amin karena Allah swt mengkhususkan bulan Rajab dengan ampunan (maghfirah), bulan Sya’ban dengan syafa’at, dan bulan Ramadan dengan dilipatgandakannya amal kebaikan. (halaman 5-11)
Kelebihan dan Kekurangan Kitab Dhau’us Siraj
Salah satu kelebihan kitab ini terletak pada kepiawaian penulisnya dalam menyajikan paparan keutamaan bulan Rajab dan kisah-kisah yang berkaitan dengan Isra’ Mi'raj dengan dalil-dalil yang otoritatif, baik dari Al-Qur’an, Hadits, maupun pendapat para ulama.
Selain itu, gaya bahasa yang digunakan penulis, yakni dengan gaya bahasa ceramah, menjadi kelebihan tersendiri bagi para pembaca, yang seakan diajak bicara secara langsung oleh penulis kitab ini.
Penulis berpendapat bahwa model penulisan Syekh Amin dalam kitab ini terkesan kurang sistematis, karena setiap fasal yang beliau tulis tidak disertai dengan sub-tema yang secara eksplisit disebutkan.
Menurut hemat penulis, hal ini mungkin disebabkan oleh karakteristik Syekh Amin sebagai ulama klasik, yang cenderung mengikuti gaya penulisan para ulama pada zamannya. Hal ini berbeda dengan model penulisan ulama kontemporer yang umumnya lebih sistematis, sehingga memudahkan pembaca masa kini untuk memahami isi paparan secara lebih jelas. Wallahu a'lam.
Identitas Kitab
Judul: Dhau’us Siraj fi Fadhli Rajab wa Qishatil Mi’raj
Penulis: Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi (w. 1332 H/ 1914 M)
Penerbit: Mathba’ah As-Sa’adah
Tempat Terbit: Mesir
Tebal: 112 halaman
Peresensi: Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman, Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.
Terpopuler
1
Ustadz Maulana di PBNU: Saya Terharu dan Berasa Pulang ke Rumah
2
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
3
Khutbah Jumat: Menggapai Ridha Allah dengan Berbuat Baik Kepada Sesama
4
Puluhan Alumni Ma’had Aly Lolos Seleksi CPNS 2024
5
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
6
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
Terkini
Lihat Semua