Sembilan ulama terkemuka yang lebih dikenal Walisongo sangat berjasa menyebarkan Islam di Nusantara. Mereka sukses meng-Islam-kan masyarakat Nusantara tanpa menggunakan kekerasan. Bahkan, imperium Majapahit pun takluk olehnya tanpa perang dan aliran darah.
Demikian dikatakan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, dalam ceramahnya pada peringatan Nuzulul Quran yang diselenggarakan Pengurus Cabang Istimewa NU Australia-Selandia Baru di Canberra, Australia, akhir pekan lalu.<>
Mengapa bisa demikian? Menurut Kang Said—begitu panggilan akrabnya—hal itu terjadi lantaran Walisongo tidak hanya mendakwahkan Islam pada sisi syariat (hukum agama) dan tauhid (teologis). Mereka juga membangun akhlak atau budi pekerti yang Islami.
“Mereka (Walisongo) ‘memorakperandakan’ imperium (kekuasaan Kerajaan) Majapahit, sehingga hilang dari ‘peta’ Indonesia, tanpa perang, tanpa ada bom meledak, tanpa golok, tanpa kekerasan. Melainkan melalui akhlakul karimah,” jelasnya.
Ia menambahkan, muslim di Nusantara mengerti dan memahami Islam sekaligus menjadi umat yang beradab, jelas atas jasa para Walisongo. “(Walisongo) dikritik, misalnya, karena dinilai dakwahnya belum tuntas, silakan. Tapi, jangan lupakan jasanya,” pungkasnya.
Namun, lanjut dia, kondisi masa lalu berbeda dengan sekarang. Dakwah saat ini justru lebih banyak menampilkan Islam sebagai agama kekerasan. Islam yang sejatinya merupakan berkah bagi seluruh alam itu kini menjadi agama yang tampak ‘mengerikan’.
Kang Said mencontohkan perilaku sebagian pendakwah di negeri ini yang cenderung mengajarkan kekerasan. “Saya pernah salat Jumat di masjid di sebuah hotel di Jakarta. Khotibnya seorang insinyur. Saya kira khotbahnya tentang teknologi. Ternyata yang diceritakan siksa neraka. Tiap orang berdosa disediakan api, kalajengking, ular, dan sebagainya,” urainya.
“Lalu, saya tanya pada jamaah di sebelah saya. Sampean (Anda) takut sama Allah? Dia bilang, ‘Saya justru takut sama khotibnya, ngeri’,” ujar Kang Said yang juga alumnus Universitas Ummul Qurra’, Mekah, Arab Saudi, itu.
Tak hanya itu. Perilaku sebagian umat Islam di Indonesia juga kerap bertindak kekerasan dengan menggunakan simbol-simbol agama. Mereka seringkali berbuat anarkis atas dasar ajaran agama. “Teriak Allahu Akbar sambil mengacungkan golok,” tandasnya. (rif)
Terpopuler
1
Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
2
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
3
Masyarakat Adat Jalawastu Brebes, Disebut Sunda Wiwitan dan Baduy-nya Jawa Tengah
4
Jalankan Arahan Prabowo, Menag akan Hemat Anggaran dengan Minimalisasi Perjalanan Dinas
5
Wacana AI untuk Anak SD, Praktisi IT dan Siber: Lebih Baik Dimulai saat SMP
6
Menag Nasaruddin Umar: Agama Terlalu Banyak Dipakai sebagai Stempel Politik
Terkini
Lihat Semua