Warta

Lebaran di Jakarta, Sepi di Pusat Kota Meriah di Pinggiran

Sabtu, 5 November 2005 | 13:31 WIB

Jakarta, NU Online
Selama berlangsungnya hari raya Idul Fitri 1426 H di Jakarta, terdapat perbedaan suasana yang kontras antara di jalanan di pusat kota seperti Sudirman, Hayam Wuruk, Gatot Subroto sampai di Kramat Raya, suasanya sepi, hanya terdapat satu dua kendaraan yang lewat. Jalanan di depan kantor PBNU yang biasanya macet karena tak jauh dari traffic light terlihat lengang.

Suasana sebaliknya terjadi di daerah pinggiran seperti Depok, Bogor, Bekasi, di jalan-jalan kecil masuk kampung, malah terjadi kemacetan luar biasa, oleh motor dan mobil dari para warga yang ingin bersilaturrahmi. Karena kendaraan tersebut ingin masuk ke gang-gang tempat rumah saudaranya yang ingin dikunjungi sementara jalanan kecil, maka terpaksa harus terjadi antrian panjang yang mengekor.

<>

Suasana seperti itu terlihat di kawasan Ciganjur yang dipenuhi dengan gang-gang kecil, sepanjang jalan Citayam disamping rel kereta api sampai ke Bojonggede yang memang jalannya sempit. Pom Bensin juga dipenuhi oleh motor dan mobil yang mengantri untuk mengisi bahan bakar.

Terlihat mereka memakai pakaian muslim yang khas, laki-laki pakai baju koko atau batik sementara untuk perempuan memakai jilbab atau kerudung. Kebanyakan mereka bepergian dengan keluarganya. Banyak keluarga muda yang membawa satu atau dua anaknya yang masih kecil dengan menggunakan sepeda motor.

Makam juga masih ramai dikunjungi oleh warga yang ingin melakukan ziarah. Beberapa pedagang memanfaatkan kesempatan ini untuk menjual paket bunga yang dibuat per kantong plastic.

Di perkampungan yang dihuni oleh penduduk asli Betawi di Bogor dan Depok, suasana lebaran sangat terasa. Lily Sholihah yang tinggal di Bojonggede mengungkapkan bahwa warga sekampung masih saling mengunjungi untuk meminta maaf. Dikalangan masyarakat Betawi ada adat untuk membawa ‘gegawan’ atau oleh-oleh yang diberikan bagi keluarga yang sudah tua, tak heran di jalanan banyak orang membawa rantang sebagai oleh-oleh.

Dewi dari Bantar Gebang Bekasi juga mengungkapkan mulai malam takbiaran sampai lebaran hari pertama, ia dan keluarganya tak sempat untuk beristirahat kerena banyaknya tamu yang datang untuk bersilaturrahmi. Namun tamu sudah mulai berkurang pada lebaran hari ke dua.

Suasana di kompeks perumahan cenderung sepi karena ditinggal penghuninya. Di Perumahan Taman Serua Sawangan Depok yang banyak dihuni oleh pengurus NU seperti Wasekjen Saiful Bahri Anshori, Wakil Bendahara Ronin Hidayat, Ketua Lesbumi Sastro Al Ngatawi, Ketua LTN NU Mun’im DZ, tak banyak aktifitas yang terlihat. Sehabis sholat Ied, mereka makan bersama sekaligus lebaran dengan memotong seekor kambing. Setelah itu suasana sepi dan hanya satu dua orang tamu terlihat. Beberapa diantara mereka juga pulang kampung.(mkf)