Warta

Mantan Dubes Inggris: Perang Irak Sulut Aksi Teror

Ahad, 6 November 2005 | 13:38 WIB

London, NU Online
Keterlibatan Inggris dalam perang Irak "telah menyulut sebagian radikalisme" dan peningkatan terorisme di dalam negeri itu, kata mantan duta besar (Dubes) London untuk Washington Sir Christopher Meyer, Sabtu.

Perdana Menteri Tony Blair telah berulangkali membantah serbuan AS dan Inggris ke Irak, Maret 2003, telah mengakibatkan peningkatan aksi kelompok garis keras dan bahwa itu memainkan peran dalam serangan yang menewaskan 56 orang di London.

<>

Namun dalam suatu wawancara dengan harian Guardian, Meyer berkata, "Ada banyak bukti di sekitar kita saat ini bahwa sebagian terorisme di dalam negeri diperhebat dan disulut oleh apa yang sedang terjadi di Irak."

"Tak mungkin kita dapat bangkit dengan dapat dipercaya dan mengatakan itu tak memiliki hubungan dengannya. Jangan memberitahu saya bahwa berada di Irak tak ada kaitannya dengan itu. Tentu saja, ada," kata diplomat kawakan tersebut --yang menjadi Dubes di Washington menjelang perang Irak.

"Masalahnya ialah itu merupakan bagian dari harga yang harus kita bayar dan mesti dibayar bagi penggulingan Saddam Hussein dan saat ini hakim masih berkeliaran," katanya.

Meyer, pembantu penting Blair dalam pembicaraan penting antara London dan Washington selama berbulan-bulan dan berpekan-pekan menjelang aksi militer, mengatakan berlanjutnya kehadiran AS-Inggris di Teluk menambah aksi perlawanan di Irak.

Tetapi ia mengatakan ia menentang penarikan dini tentara AS dan Inggris, kendati gelombang kekerasan di Irak telah membuat kedua negara tersebut berada "di ujung tanduk dalam dilema yang sungguh tak mungkin".

"DC Confidential," catatan Meyer mengenai pengambilan keputusan yang mengakibatkan perang Irak, akan menjadi terbitan berseri di harian Guardian dan Daily Mail mulai Senin.

Buku itu dilaporkan secara khusus mengecam Blair dan sejumlah anggota kabinet Inggris, dan mengungkapkan bahwa dalam proses menuju perang, PM Inggris tersebut tak banyak bersepakat dengan Kantor Urusan Luar Negeri --tempat para diplomat menyampaikan keraguan mengenai keabsahan konflik itu.

Meyer, yang kembali dari Washington pada Februari 2003 dan sekarang memimpin kelompok pengamat Press Complaints Commission di London, berkeras ia masih tetap mendukung perang.

Namun ia menyampaikan keprihatinan mengenai cara perang tersebut dilancarkan dan kenyataan betapa perang itu kekurangan strategi logis menyusul kemenangan AS-Ingris.

"Satu hal yang muncul dalam benak saya ketika menulis ialah betapa politisnya perang itu," katanya kepada Guardian --yang pada tajuknya menentang serbuan tersebut. "Itu bukan hanya sekedar perang, itu adalah perang politis," katanya.(ant/mkf)