Warta

PBNU Minta Lakpesdam dan Lembaga Bahtsul Masail Lakukan Sinergi

Kamis, 17 November 2005 | 14:03 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi meminta agar Lakpesdam menjalin kerjasama dengan Lembaga Bahstul Masail untuk menghasilkan keputusan-keputusan hukum fikih yang lebih komprehensif dan dapat menyelesaikan berbagai persoalan ummat.

“Pendekatan para kyai dalam bahstul masail sangat fikih sehingga kadang kala bersifat kaku. Bahstul masail yang seharusnya menyelesaikan masalah kadangkala malah menjadi masalah tersendiri,” tandasnya dalam acara halal bi halal dan diskusi buku 20 tahun Lakpesdam, di kantor Lakpesdan Kamis (18/11).

<>

Salah satu contoh yang dikemukakan adalah keputusan MUI yang beberapa waktu lalu sempat menimbulkan kontraversi dalam masalah pluralisme, liberalisme maupun doa bersama. Keputusan yang dibuat tersebut dinilai oleh Hasyim hanya menggunakan pendekatan fikih dan kurang komunikasi kepada masyarakat sehingga malah menimbulkan kesalahfahaman.

Bahstul masail yang dilakukan antar para kyai juga masih belum memberikan solusi pada masyarakat. ”Masing-masing kyai bersikukuh dengan kitab yang dibacanya sendiri sehingga hukumnya menjadi maukuf atau tiada hukum. Sepuluh kyai masing-masing membawa sepuluh masalah, bukan memecahkan masalah,” imbuhnya.

Sinergi antara Lakpesdam dan Lembaga Bahstul Masail tersebut memungkinkan adanya metodologi baru dalam pendekatan pengambilan keputusan hukum fikh untuk mengantisipasi perkembangan zaman yang ada. Teknologi saat ini telah banyak membantu usaha pencarian referensi hukum seperti sebuah CD yang mampu menampung beratus-ratus kitab dalam format digital.

Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam tersebut juga meminta agar Lakpesdam terus berupaya mengembangkan pemikirannya, namun demikian juga tetap melihat realitas dalam masyarakat. ”Yang diluar jangan hanya mengkritik saja sementara yang didalam tetap fanatik dengan pemikirannya,” paparnya.

Dengan demikian, Lakpesdam yang terdiri dari kaum intelektual muda NU bisa membuat satu jalinan dengan nahdliyyin, bukan hanya sekedar ’menempel’ yang secara substansi sebagai kelompok yang terpisah satu sama lain. Mereka secara bersama-sama diharapkan dapat saling mengisi dan mengembangkan potensi dirinya.

Ketua Lembaga Bahtsul Masail Drs. KH Hasyim Abbas dalam diskusi di kantor NU Online beberapa waktu lalu juga mengungkapkan bahwa pendekatan yang disampaikan dalam menyampaikan hasil bahstul masail kurang bisa difahami oleh kalangan awal dan hanya para santri yang berkutat dengan kita kuning saja yang mengerti.

”Hasil bahstul masail harus dibuat dalam format yang memungkinkan masyarakat awam bisa memahami hasil hukum tersebut, atau memahami mengapa pengambilan keputusan hukumnya seperti itu,” tandasnya.(mkf)