Fragmen

Sejarah NU Lombok (1): Berawal dari PIL di Ampenan 1934

Rabu, 22 November 2017 | 21:25 WIB

Sekitar tahun 1934, tokoh dan ulama asal Banjarmasin, Palembang, Arab dan India yang tinggal di daearah Ampenan mengupayakan sebuah organisasi yang berhaluan Ahlussunah wal-Jama’ah (Aswaja). Mereka di antaranya TGH Mustafa Bakri, Sayid Ahmad Al-Idrus, Sayid Ahmad Al-Kaf.

Untuk tujuan Aswaja itu, mereka mendirikan sebuah organisasi bernama Persatuan Islam Lombok (PIL).

Tokoh dan ulama itu menggabungkan dua aktivitas yang terkenal dalam sejarah penyebaran dan perkembangan Islam. Mereka adalah pedagang di samping berdakwah. Karena itulah, pergaulan mereka dengan berbagai kalangan dan wilayah terbentuk dengan baik. Termasuk dengan pulau Jawa.

Kebiasaan bertemu dengan berbagai kalangan itulah, menyebabkan mereka mendapat pengetahuan tentang organisasi mana yang berhaluan Aswaja, selaras dengan PIL dan yang bukan. Baik di tingkat lokal suatu wilayah, maupun yang telah berkembang di tingkat nasional.

Mungkin karena ingin memperkuat jaringan Aswaja yang lebih luas, tokoh dan ulama PIL berniat memasuki organisasi berhaluan Aswaja di tingkat nasional. Dari hasil informasi yang mereka dapat, Nahdlatul Ulama adalah organisasi Aswaja yang telah berkembang luas dan bisa dibilang organisasi yang nasional.

Pada akhir 1934, mereka sepakat untuk memasuki Nahdlatul Ulama dengan menghubungi langsung HBNO di Surabaya dengan menjumpai KH M Dahlan, pengurus HBNO yang membawahi wilayah timur.

Hasil pertemuan itu, mereka direstui mendirikan NU Cabang Ampenan dengan kepengurusan tokoh dan ulama yang berada di PIL. TGH Mustafa Bakri, Sayid Ahmad Al-Idrus duduk di Syuriyah, sementara Sayuti (kakak kandung TGH Mustafa Bakri), duduk di tanfidziyah.

Di antara kegiatan yang diikuti cabang Ampenan adalah Muktamar NU ke-14 yang berlangsung di Magelang. (Abdullah Alawi, disarikan dari NU Lombok, Sejarah Terbentuknya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat disertai Doa Istighotsah, dan Wirid Harian)