Banjir Semarang Berdampak pada Lumpuhnya Sektor Transportasi, Perekonomian, dan Pendidikan
NU Online · Rabu, 5 November 2025 | 19:30 WIB
Ahmad Solkan
Kontributor
Semarang, NU Online
Banjir di kawasan pantura Semarang terus berulang dan seolah tak ada solusi berarti karena berdampak pada mobilitas sosial. Nur Chadir, warga Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah mengeluh terkait banjir di Semarang yang berdampak pada berbagai sektor seperti transportasi, ekonomi hingga pendidikan.
Pertama, banjir mengakibatkan kemacetan bahkan arus lalu lintas lumpuh total. Hal ini mengakibatkan para pekerja tidak bisa berangkat bekerja.
Kedua, dampak secara ekonomi menyebabkan banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) meliburkan diri.
Ketiga, banjir menyebabkan banyak warga sekolah meliburkan diri dan mengganti sistem pembelajaran menjadi daring. Hal ini terjadi karena banyak sekolah yang tergenang air.
Chadir mengatakan bahwa banjir yang melanda wilayahnya terjadi setiap tahun. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena banjir di daerah bawah atau hilir saluran akhir dibuang ke sungai melalui Banjir Kanal Timur (BKT).
"Sayang pemerintah sudah tahu banjir tahunan ini tapi mungkin belum ditemukan solusi yang tepat atau benar untuk penanganan banjir khususnya di area Kaligawe Raya," ujar Chadir kepada NU Online pada Rabu (5/11/2025).
Menurutnya, penyebab lain banjir di wilayahnya, selain karena drainase yang kurang sempurna, banjir juga disebabkan sungai BKT yang dangkal. Selain itu juga kurangnya jumlah pompa besar dan ditambah kurang responsifnya para petugas sedot pompa banjir.
"Juga aliran got sudah dangkal atau tersumbat sehingga aliran air kurang sempurna. Selain itu pembuangan air dari daerah atas dialirkan ke sungai BKT," ungkap Chadir.
Dia menilai bahwa sebenarnya ada peningkatan penanganan banjir pada era Wali Kota Hendi. Langkah konkret tersebut di antaranya, seperti penambahan pompa, pengerukan tanah atau lumpur di sepanjang sungai BKT dan lain sebagainya.
Namun, kini banjir terjadi bahkan durasi waktunya lebih lama. Dari yang semula 2-4 hari sudah surut, saat ini menjadi satu mingguan bahkan lebih.
"Penyebab utamanya pastinya banyak pengurukan tambak (reklamasi untuk pabrik terutama) yang biasanya air kalau banyak mengalir ke sungai sekarang lebih sulit atau agak lamban," jelasnya.
Ia sebagai warga Semarang berharap agar tahun depan pemerintah mempunyai agenda nyata untuk menuntaskan banjir di Kota Semarang khususnya di Kaligawe Raya.
Menurutnya, pihak pemerintah provinsi dan pemerintah pusat sudah mencanangkangkan penyelesaian banjir di Kaligawe Raya. Namun, ia berharap hal tersebut bukan wacana semata.
"Sebab di Kaligawe Raya adalah jalan utama yang sangat penting karena ada jalur kereta apinya juga. Bila banjir maka kereta apinya terganggu jadwal perjalanannya," paparnya.
Drainase tertutup proyek infrastruktur
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU), Muhammad Hayyi Wildani mengatakan, ada dua dampak yang dirasakan masyarakat saat banjir menimpa, yaitu secara materil dan nonmateril. Secara materil di antaranya, rumah terendam banjir, aktivitas ekonomi lumpuh dan nilai tanah turun drastis.
"Secara materil, nilai tanah di wilayah banjir turun drastis, padahal lokasinya strategis dekat pusat kota. Tanah sulit dijual, pajak tetap tinggi, kendaraan rusak, dan nilai jual motor maupun mobil anjlok. Kerugian ekonomi warga besar," jelasnya.
Sedangkan dampak secara nonmateril di antaranya, warga kehilangan rasa aman, menanggung stres dan kelelahan mental yang berkepanjangan. "Secara nonmateril, mereka menanggung stres serta kelelahan mental yang berkepanjangan (dan) kehilangan rasa aman," jelasnya.
Menurutnya, banjir di Semarang terus berulang karena disebabkan drainase dan sistem pompanisasi yang belum dilakukan secara maksimal. "Pemerintah masih bersikap reaktif, bukan preventif," tegasnya.
Hayyi menyebut, masalah utama penyebab banjir tersebut diakibatkan drainase yang tertutup proyek infrastruktur, sedimentasi sungai serta kurangnya pompa aktif di titik-titik rawan.
"Pemerintah sudah bergerak, tapi belum menyentuh akar persoalan yang membuat banjir selalu kembali setiap tahun," terangnya.
Ia menegaskan, LPBINU Kota Semarang sejak awal terjadinya banjir telah berupaya membantu menangani korban banjir. Di antaranya dengan membuka dapur umum, membantu evakuasi warga, mendistribusikan logistik, serta menggelar layanan pengobatan gratis.
Upaya tersebut selain untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir, juga agar mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi musibah banjir ini. Pihaknya juga mendorong agar pemerintah dengan serius dalam menuntaskan banjir di Kota Semarang.
"Kami hadir di lapangan agar masyarakat tidak merasa sendirian menghadapi musibah ini, sekaligus terus mendorong pemerintah untuk serius menuntaskan akar masalah banjir di Kota Semarang," tuturnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua