Cegah Kekerasan di Pesantren, RMI PBNU: Buka Ruang Aduan untuk Santri
Rabu, 6 November 2024 | 18:00 WIB
Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU), KH Hodri Ariev. (Foto: dok. RMINU)
Mufidah Adzkia
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) KH Hodri Ariev mengatakan bahwa pengurus pesantren perlu memberikan tempat pengaduan bagi para santri yang mengalami kekerasan untuk memberikan perlindungan santri.
“Pengasuh dalam hal ini para pengurus pesantren perlu membuka pengaduan bagi para santri yang mengalami kekerasan, baik verbal maupun fisik, pengaduan untuk memberikan pencegahan dan perlindungan bagi mereka,” kata Kiai Hodri kepada NU Online, Selasa (5/11/2024).
Ia juga mengingatkan pentingnya keterlibatan semua pihak sebagai ekosistem pendidikan pesantren dalam mewujudkan pesantren yang ramah santri. Sebab, lanjutnya, pesantren merupakan lembaga pendidikan moral dan sosial.
“Keterlibatan semua pihak sangat penting karena perkembangan interaksi dan dinamika sosial saat ini sangat luar biasa, sehingga dibutuhkan pihak-pihak untuk membantu pengasuh/pengurus pesantren dalam mencegah terjadinya kekerasan, sekaligus mewujudkan lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk pembinaan para santri,” terangnya.
Kiai Hodri juga menekankan pentingnya pertemuan berkala dengan para wali santri, dengan para alumni, dan dengan para tetangga pesantren. Langkah tersebut dapat membantu pesantren dalam mewujudkan lingkungan belajar yang nyaman dan damai.
“Terwujudnya pesantren yang kondusif, damai, dan nyaman bagi para santri tentu akan memberi kontribusi pada terwujudnya lingkungan belajar yang sangat baik,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan hakikat pendidikan pesantren merupakan pendidikan yang ramah kepada siapapun.
“Sebenarnya, hakikat pendidikan di pesantren adalah pendidikan ramah kepada siapapun. Karena keramahan merupakan bagian penting dalam pendidikan akhlak,” jelas Kiai Hodri.
Ia menyebutkan bahwa pesantren ramah anak merupakan langkah mengklaim kembali (reclaiming) nilai-nilai pendidikan pesantren.
“Pesantren ramah anak merupakan langkah reclaiming nilai-nilai pendidikan pesantren,” ungkapnya.
Ia memaparkan bawah terjadinya kekerasan di pesantren merupakan semangat pendidikan pesantren yang harus dikembalikan pada pola pengasuhan masa lalu yang memperhatikan kasih sayang.
“Salah satu hal penting yang harus dilakukan adalah dengan mengembalikan pola pengasuhan seperti pada pesantren-pesantren di masa lalu, seperti para kiai yang memperhatikan para santri dengan pandangan kasih sayang,” paparnya.
Kiai Hodri juga mengatakan bahwa perlu adanya langkah-langkah konkret bersama di kalangan para pengasuh pesantren untuk saling menguatkan nilai-nilai mendasar pengasuhan dengan kasih sayang.
"Saling mengingatkan pentingnya membimbing dan membina para santri sebagai generasi kita," tandasnya.
Terpopuler
1
Kolaborasi LD PBNU dan LTM PBNU Gelar Standardisasi Imam dan Khatib Jumat Angkatan Ke-4
2
Cara Wudhu di Toilet agar Tidak Makruh
3
LAZISNU Gelar Lomba dengan Total Hadiah Rp69 Juta, Ini Link Pendaftarannya
4
Gus Yahya Ceritakan Awal Mula Kiai Ali Maksum Merintis Pengajian Kitab di Pesantren Krapyak
5
Hukum Gugat Cerai Suami karena Nafkah Batin
6
Hukum Khatib Tidak Berwasiat Takwa dalam Khutbah Kedua
Terkini
Lihat Semua