Nasional

Gendang Telinga Siswa Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Ada yang Bolong Total

NU Online  ·  Selasa, 11 November 2025 | 15:30 WIB

Gendang Telinga Siswa Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Ada yang Bolong Total

Direktur Utama Rumah Sakit Islam (RSI) Cempaka Putih, Pradono Handojo di RSI Cempaka Putih, Jakarta, Selasa (11/11/2025). (NU Online/Rikhul Jannah)

Jakarta, NU Online

Direktur Utama Rumah Sakit Islam (RSI) Cempaka Putih, Pradono Handojo, mengungkapkan sebagian korban ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengalami luka serius pada bagian pendengaran. Beberapa korban bahkan mengalami kerusakan total pada gendang telinga akibat kuatnya daya ledak yang terjadi di sekolah tersebut.


“Ada yang mengalami bolong secara total untuk bagian gendang telinga dan juga ada yang sebagian. Dokter spesialis THT kami mengawasi dan kemudian mengobservasi. Mudah-mudahan dalam dua minggu itu akan menyembuh sendiri. Namun kalau tidak, akan ada rencana tindak lanjutnya” kata Pradono di RSI Cempaka Putih, Jakarta, Selasa (11/11/2025).


Pradono menjelaskan, tim medis RSI Cempaka Putih saat ini tengah melakukan pemetaan terhadap kondisi pendengaran setiap korban. Ia menyebut, kondisi gendang telinga para korban bervariasi, mulai dari robek sebagian hingga bolong sepenuhnya.


“Kalau dia bolong 100 persen, bolong 50 persen, tindakannya akan bervariasi. Memang tidak akan pulih 100 persen sempurna. Namun misalnya terjadi bolong apabila ditangani lebih awal, dalam dua minggu atau golden period-nya, maka peluangnya untuk berhasil lebih baik,” jelasnya.


Hasil pemeriksaan awal menunjukkan, beberapa korban mengalami luka ringan yang diperkirakan bisa pulih secara alami. Namun, bagi korban dengan kerusakan parah, proses pemulihan akan lebih kompleks dan membutuhkan penanganan lanjutan.


“Beberapa sudah (mulai membaik), tapi ini jumlahnya cukup banyak. Karena bukan saja yang 11 ini, kan ada juga yang kemarin kondisinya baik, terus pulang dan berobat ke poli, dan kemudian sekarang kita usahakan endoskopi tadi ya untuk telinga, difoto supaya kita tahu bagaimana kondisinya,” ujar Pradono.


Ia mengungkapkan bahwa kondisi anak-anak yang mengalami luka di bawah 50 persen memiliki peluang besar untuk pulih dalam dua minggu.


“Namun kalau sudah 100 persen biasanya susah. Nah ini yang sedang kita lakukan asesmen,” katanya.


Selain pemeriksaan anatomi, tim medis juga melakukan pemeriksaan fisiologis untuk mengetahui sejauh mana fungsi pendengaran korban terganggu. Pradono menjelaskan bahwa pemeriksaan menggunakan alat audiometri dilakukan secara mendalam, untuk mengukur kemampuan telinga kiri dan kanan menangkap frekuensi serta intensitas suara.


“Fungsi membran timpani atau gendang telinga adalah untuk fungsi pendengaran. Jadi kita punya alat audiometri di lantai dua. Itu bisa melihat pada frekuensi suara berapa hertz, pada volume suara berapa decibel, pada telinga kiri dan kanan, itu mengalami penurunan kinerja,” tuturnya.


Ia menambahkan, pemeriksaan audiometri dilakukan dengan hati-hati dan sistematis, bahkan membutuhkan waktu hingga dua jam untuk setiap pasien. Setelah seluruh data dikumpulkan, pihak rumah sakit akan mengundang para orang tua korban untuk menjelaskan hasil pemeriksaan dan rencana penanganan selanjutnya.


Pradono menyampaikan, hingga siang ini terdapat 11 korban yang masih dirawat di rumah sakit tersebut. Dari jumlah itu, 10 orang dirawat inap biasa, sementara satu orang lainnya dirawat di Intensive Care Unit (ICU).

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang