GMNI Sowan ke PBNU, Idealisme Kebangsaan Harus Jadi Ruh Perjuangan Mahasiswa
NU Online · Kamis, 9 Oktober 2025 | 17:15 WIB
Aktivis GMNI saat bertemu Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Kamis (9/10/2025) di kantor PBNU Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)
Mufidah Adzkia
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), menerima kunjungan silaturahmi Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) M. Risyad Pahlevi bersama jajaran pengurus baru di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2025).
Wakil Ketua Umum PBNU, KH Amin Said Husni, yang turut mendampingi Gus Yahya dalam pertemuan tersebut, mengungkapkan bahwa diskusi berfokus pada pentingnya organisasi kemahasiswaan mendefinisikan ulang identitas dan jati diri mereka di tengah perubahan zaman.
“Ketua Umum banyak memberikan nasihat mengenai identitas dan jati diri organisasi kemahasiswaan. Sekarang ini perlu didefinisikan ulang,” ujar Amin Said.
Ia menjelaskan, banyak organisasi kemahasiswaan di Indonesia yang awalnya lahir dari basis partai politik, namun saat ini konteks sosial dan politik sudah jauh berbeda dari masa kelahiran organisasi-organisasi tersebut.
“Organisasi kemahasiswaan ini perlu mendefinisikan ulang eksistensinya. Siapa sebenarnya organisasi kemahasiswaan itu? Apa idealismenya?” tegas Amin Said.
Menurutnya, tanpa idealisme yang jelas, organisasi mahasiswa bisa kehilangan arah dan tujuan. Karena itu, Gus Yahya memberikan pesan agar idealisme kebangsaan dijadikan sebagai ruh perjuangan.
“Ketua Umum tadi menyarankan agar idealismenya itu adalah idealisme kebangsaan. Jadi, organisasi kemahasiswaan memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan yang mempererat persatuan,” jelas Amin Said.
Sementara itu, Ketua Umum DPP GMNI, M. Risyad Pahlevi, menjelaskan bahwa pertemuan tersebut menjadi kesempatan untuk berdiskusi mengenai kondisi bangsa dan arah demokrasi Indonesia.
“Kami datang untuk bersilaturahmi sekaligus berdiskusi tentang situasi bangsa dan demokrasi. GMNI harus berperan aktif membangun demokrasi yang lebih substansial dan bermakna,” ujar Risyad.
Ia menyebutkan bahwa pesan khusus dari Gus Yahya menjadi pengingat penting bagi GMNI untuk beradaptasi dengan zaman.
“Pesan khusus dari Gus Yahya, GMNI ini di tengah perkembangan zaman harus menemukan transformasinya, mau dibawa ke mana organisasi ini dan juga kader-kader ke depan,” tambahnya.
Risyad juga mengungkapkan bahwa GMNI menyambut baik momentum Hari Santri Nasional yang akan diperingati pada 22 Oktober mendatang.
Ia menjelaskan bahwa GMNI berencana mengadakan public talk atau seminar dengan menggandeng sahabat-sahabat dari NU serta mengundang organisasi Cipayung lainnya.
“Dialog ini akan membahas situasi bangsa, demokrasi yang seharusnya tumbuh dengan baik, dan bagaimana peran GMNI ke depan bisa lebih substansial,” tutup Risyad.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua