Gus Yahya Anggap Perang Tarif Amerika-China Jadi Momentum Tentukan Masa Depan Dunia
NU Online · Rabu, 16 April 2025 | 20:30 WIB
Ketum PBNU Gus Yahya dalam wawancara khusus bersama Pemred NU Online Ivan Aulia Ahsan di Gedung PBNU, pada Selasa (15/4/2025) malam. (Foto: NU Online/Aji)
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyoroti dampak perseteruan antara Amerika Serikat dengan Republik Rakyat China (RRC) yang kian memanas seiring saling menaiki tarif impor.
Gus Yahya mengingatkan bahwa keadaan ekonomi dunia terus bergerak, sehingga nasib baik dan buruk menjadi dampak yang bisa dipilih, tergantung pengelolaan terhadap fenomena yang sedang terjadi.
Lebih lanjut, Gus Yahya menganggap perang tarif antara Amerika Serikat dengan China menjadi momentum untuk menentukan masa depan dunia.
"Sebetulnya ini kita menghadapi momentum-momentum yang penting karena ini menentukan masa depan yang lebih panjang daripada dunia," katanya kepada NU Online di Lantai 3 Gedung PBNU, Jakan Kramat Raya 164, pada Selasa (15/4/2025) malam.
Gus Yahya menyebut bahwa pemerintah Indonesia saat ini perlu meneguhkan visi yang hendak diusung dalam peran internasional dan mampu mengukur seberapa besar kapasitas untuk berperan.
Sebetulnya dari segi visi, Gus Yahya menilai Indonesia memiliki modal yang sangat kuat yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, terutama pada pembukaannya, dan Pancasila. Keduanya menjadi fondasi utama alasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri.
"Bagi saya merupakan visi tentang peradaban dunia dan tatanan internasional. Kalau visi ini bisa diartikulasikan secara kontekstual sesuai dengan masalah-masalah yang muncul, saya kira itu akan menjadi tawaran yang kuat sekali untuk masyarakat internasional," jelasnya.
Gus Yahya juga mengingatkan bahwa ukuran batasan kemampuan dalam berperan perlu perhitungan yang matang dan jeli.
"Ini memang membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang jernih dan bijaksana. Saya kira itu yang kita hadapi hari-hari ini," katanya.
Terbaru, Amerika Serikat mengenakan tarif impor sebesar 245 persen untuk barang asal China. Kenaikan tarif itu setelah China menaikkan tarif 125 persen terhadap barang yang berasal dari Amerika Serikat. Sementara Indonesia dikenakan tarif 32 persen.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Dari Musibah menuju Muhasabah dan Tobat Kolektif
2
Pesantren Lirboyo Undang Mustasyar PBNU hingga PWNU dan PCNU dalam Musyawarah Kubro
3
Khutbah Jumat Akhir Tahun 2025: Renungan, Tobat, dan Menyongsong Hidup yang Lebih Baik
4
Kiai Miftach Moratorium Digdaya Persuratan, Gus Yahya Terbitkan Surat Sanggahan
5
Khutbah Jumat: Dua Penyakit Lisan yang Merusak Tatanan Masyarakat
6
Khutbah Jumat: 4 Cara Sikapi Beda Pendapat dan Pandangan
Terkini
Lihat Semua