Sejumlah Antisipasi yang Bisa Dilakukan Warga Pesisir Pantura Jawa untuk Atasi Banjir Rob
NU Online · Jumat, 21 November 2025 | 07:00 WIB
Potret banjir rob di Kelurahan Muktiharjo Lor, Kecamatan Genuk, Kota Semarang. (Foto: Zaenal Abidin)
Ahmad Solkan
Kontributor
Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Maskut Candranegara mengatakan, warga pesisir Pantura tidak boleh hanya menunggu pemerintah saja dalam menangani masalah banjir rob. Sebab proses penanganan banjir rob tersebut biasanya memakan waktu lama.
Ia memberikan sejumlah saran antisipasi untuk warga pesisir Pantura Jawa dalam mengatasi banjir rob.
Pertama, cara paling umum yang dipakai warga yaitu dengan meninggikan lantai rumah secara berkala. Warga biasanya meninggikan lantai atau fondasi rumah setinggi 10-20 cm. Ini yang paling umum dilakukan setiap 2-3 tahun.
"Ada pula yang membangun sekat air atau pintu air manual, seperti water barrier di pintu rumah dan juga yang menggunakan pompa air kecil untuk membuang genangan," ujarnya saat dihubungi NU Online pada Kamis (20/11/2025).
Kedua, masyarakat bisa memperbaiki saluran lingkungan secara mandiri. Setelah itu, mereka bisa membersihkan drainase kampung secara rutin. Penyebab paling sering adalah makin parahnya banjir rob disebabkan sampah rumah tangga.
"Oleh karena itu, harus ada edukasi kepada warga untuk membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan," ucapnya.
Warga disarankan untuk membuat sodetan kecil agar air mengalir ke tempat lebih rendah. Meskipun sederhana, tetapi hal ini efektif.
"Intinya yang bisa saya sampaikan adalah, masalah rob tidak bisa dihilangkan total. Tetapi, bisa diminimalkan sampai masyarakat bisa hidup layak tanpa harus terendam terus-menerus," tutur Maskut.
Penyebab banjir rob pesisir Pantura
Masalah banjir rob di Pantura bukan hanya persoalan cuaca, tetapi kombinasi antara penurunan muka tanah secara terus-menerus, kerusakan ekosistem pantai, tata ruang yang salah, dan perubahan iklim. Itulah sebabnya masalah ini berlarut-larut dan sering terasa seperti tidak pernah selesai.
Menurut Maskut, warga perlu melakukan antisipasi berbasis mitigasi jangka panjang, seperti meninggikan bangunan rumah secara bertahap, menata ulang drainase lingkungan, dan berpartisipasi dalam program penanaman mangrove yang mampu meredam gelombang.
"Upaya-upaya ini bukan sekadar respons situasional, tetapi investasi keselamatan yang akan mengurangi risiko kerugian material maupun gangguan aktivitas ekonomi masyarakat pesisir," ucapnya.
Warga juga harus memperkuat kesiapsiagaan komunal melalui sistem peringatan dini berbasis informasi pasang surut, membentuk relawan lingkungan, dan memastikan ketersediaan jalur evakuasi yang aman.
Ketika masyarakat memiliki kesadaran kolektif dan koordinasi yang baik, dampak banjir rob dapat ditekan secara signifikan.
"Antisipasi tidak boleh hanya bergantung pada pemerintah. Peran warga sebagai garda terdepan sangat menentukan, karena mereka yang paling merasakan dampaknya dan paling cepat mengambil tindakan saat situasi darurat terjadi," ujarnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua