Sidoarjo, NU Online
Masa depan bangsa ini sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang dimiliki. Kalau warganya tumbuh sehat dengan asupan gizi yang seimbang sesuai pertumbuhan, maka diharapkan akan lahir generasi penerus yang dapat diandalkan di masa mendatang.
Salah satu harus menjadi perhatian adalah menghindari stunting. Yakni sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya yang seusia.
“Penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin atau bayi faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita,” kata Rina Yuniati, Jumat (10/1).
Dalam pandangan dokter ahli gizi di Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar, Sidoarjo, Jawa Timur ini, hal tersebut lantaran kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan.
Demikian juga yang menjadi faktor lain adalah setelah ibu melahirkan masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC atau Ante Natal Care yakni pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan.
Dalam pandangan dokter Rina, kondisi masih tingginya angka stunting disebabkan pembelajaran dini yang berkualitas masih kurang. Demikian pula akses kepada makanan bergizi turut memperparah keadaan.
Mengapa hal tersebut masih mengemuka?
“Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal, demikian juga kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi,” jelasnya.
Dokter Rina menyebutkan, ciri-ciri stunting anak yakni tanda pubertas terlambat, performan buruk pada tes perhatian dan memori belajar, pertumbuhan gigi terlambat, usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam tidak banyak melakukan eye contact, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari usianya.
Sebenarnya orang tua dapat mengurangi risiko dari stunting ini dengan biaya yang terjangkau yakni dengan mengoptimalkan asupan air susu ibu atau ASI.
“Air eksklusif bisa mencegah stunting,” tegasnya.
Stunting bisa diintervensi dengan sejumlah cara di antaranya ibu hamil mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.
Demikian pula pemenuhan gizi persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli IMD (Inisiasi Menyusui Dini), maupun memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan.
“Berikutnya berikan makanan pendamping ASI untuk bayi di atas 6 bulan hingga 2 tahun, selanjutnya memberikan imunisasi dasar lengkap dan Vitamin A, memantau pertumbuhan balita di Posyandu terdekat, lakukan perilaku hidup bersih dan sehat,” rincinya.
Kontributor: Moh Kholidun
Editor: Ibnu Nawawi