Nasional

Tingkatkan Penanggulangan Terorisme, BNPT Gandeng Enam Perguruan Tinggi di Jateng

Rabu, 19 September 2018 | 02:15 WIB

Jakarta, NU Online
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme meggandeng enam perguruan Tinggi di Semarang untuk meningkatkan penanggulangan terorisme terutama menghalangi masuknya paham radikalisme ke dalam lingkungan kampus.
 
Keenam PT tersebut adalah Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Semarang, Politeknik Negeri Semarang (Polines), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang dan Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin).
 
Penandatanganan ini kelak akan terkait masalah pendidikan, pelatihan, pengkajian, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan pengembangan dalam rangka penanggulangan terorisme.
 
“Kerjasama ini akan memberikan suatu produk, bagaimana mencari jalan yang terbaik, untuk supaya  agar mahasiswa mempunyai daya tahan (terhadap radikalisme dan terorisme),” ungkap Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius.
 
Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius mengatakan, penanda tanganan ini terkait dengan maraknya mahasiswa baru yang dijadikan sasara oleh kelompok terror dan radikal. Mereka memiliki banyak cara untuk memperluas pengaruhnya, salah satunya dengan menjadikan mahasiswa baru perguruan tinggi sebagai kader organisasinya. 

Oleh karena itu, Suhardi Alius meminta agar para mahasiswa dan jajaran rektorat mengantisipasi hal tersebut dengan membentengi para mahasiswa dengan pemahaman kebangsaan yang baik.

“Mahasiswa baru itu kerap menjadi tempat masuknya paham radikal terorisme,” ujar Suhardi Alius.

Untuk itu Suhardi memberi beberapa tip kepada mahasiswa baru untuk mengihdarkan diri dari kelompok radikal dan teroris. Pertama mahasiswa baru harus selektif memilih pembimbing atau mentor.

“Ketika masuk, mahasiswa baru harus hati-hati dalam memilih memilih mentor. Kalau ada yang aneh-aneh laporkan. Sasaran brain washing itu seusia kalian ini,” kata Suhardi di hadapan mahasiswa di Semarang.

Ia menjelaskan bahwa mahasiswa baru yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi begitu mudah diberikan pemahaman baru. Kondisi itu akan berbahaya jika dimanfaatkan oleh ‘mentor’ yang salah. Apalagi, mahasiswa baru masih berada dalam usia yang relatif belum stabil. 
 
Tip kedua adalah berhari-hati jika ada mentor mengajak masuk ke perkumpulannya. Suhardi menjelaskan bahwa para mentor tersebut akan melakukan pendekatan halu seperti menemani dan mengajak mencarikan kos-kosan, untuk membangun ikatan emosional.

Kelak, jika sudah dianggap dekat, para mentor akan mengajak mahasiswa tersebut mengikuti organisasinya. “Hati-hati kalau nanti diajak atau ditemani mencari kost-kostan, lalu diajak masuk perkumpulannya,” ujar Kepala BNPT mengingatkan.

Jika ada yang dirasa mencurigakan, Suhardi meminta agar mahasiswa baru tak segan melaporkan kepada pihak kampus, sehingga pihak kampus dapat mengantisipasi hal tersebut. (Ahmad Rozali)