Kontekstualisasi Gagasan dan Perjuangan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari sebagai Arus Utama
Rabu, 8 Januari 2025 | 10:00 WIB
Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari adalah tokoh penting dalam pendirian organisasi Nahdlatul Ulama (NU). NU lahir setelah melalui proses spiritual Hadratussyekh sehingga tetap eksis kehadirannya di Indonesia dan menjadi organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di dunia.
Hadratussyekh mendapatkan posisi istimewa dalam struktur organisasi NU, yaitu sebagai rais akbar. Hanya Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari yang pertama dan satu-satunya pengurus yang menduduki jabatan tersebut, karena setelahnya dalam struktur organisasi NU hanya ada jabatan rais ‘aam.
Istilah hadratussyekh merupakan gelar khusus bagi KH M Hasyim Asy’ari yang dapat diartikan dengan mahaguru. Muhammad Anang Firdaus, dkk (2023) mengutip pendapat Sayyid Ammar Azmi Arafati al-Hasani, Imam Besar Masjid al Aqsha, menjelaskan bahwa untuk mencapai gelar hadratussyekh syaratnya harus menguasai ilmi agama secara mendalam dan menghafal enam kitab hadits yang paling otoritatif (Kutub al-Sittah). Gelar khusus diberikan kepada para ulama yang paling berpengaruh, seperti Imam al-Ghazali dengan gelar “Hujjatul Islam”, Syekh Abdul Qadir al-Jailani dengan gelar “Sulthanul Auliya’”, Syekh Nawawi al-Bantani bergelar “Sayyid Ulama Hijaz”.
Belajar mengenai sejarah, pemikiran, kehidupan dan perjuangan Hadratussyekh menjadi satu pijakan penting sebagai inspirasi sekaligus referensi dalam menata kehidupan ke depan. Perjalanan pendidikan KH Hasyim dimulai dari keluarga. Studinya dilanjutkan dengan mengembara ke sejumlah pesanten dan ulama terkemuka di zamannya. Selepas itu, kakek dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu melanjutkan studi ke tanah suci Makkah. Di sana, Kiai Hasyim berguru kepada para ulama besar dan berteman dengan orang yang berasal dari berbagai negara serta sahabat-sahabat dari Indonesia. Saat Kembali ke Tanah Air, mereka menjadi tokoh hebat yang bersama berjuang untuk kemerdekaan dan kemaslahatan umat. Pengalaman belajar tersebut membuka pemikiran dan wawasan, serta pengalaman Kiai Hasyim.
Latar sosial budaya kehidupan Hadratussyekh adalam zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Umat Islam bangkit melawan penjajah. Muncul kesadaran baru untuk berjuang menghadapi penjajahan. Kondisi demikian merupakan peristiwa yang terjadi di beberapa negara berpenduduk Islam, menjadi isu yang hangat dalam dunia Islam. Terjadi pergeseran pula dalam kajian keilmuan Islam secara global.
Baca Juga
Karya-karya Hadratusy Syaikh
Penjajahan itu pula yang membangkitkan nasionalisme dan memperkuat karakter cinta tanah air Hadratussyekh. Spirit itu disemai dan dipupuk secara intens sehingga tumbuh dengan pesat semangat perjuangan di kalangan masyarakat. Semangat juang mempertahankan kemerdekaan tanah air inilah yang kemudian melahirkan “Relolusi Jihad”.
Inisiasi dan ide lahirnya fatwa tersebut menunjukkan Kiai Hasyim sebagai seorang cendekiawan, sebagai ulama. Namun, keulamaannya tidak hanya dilihat dari santri-santrinya, tetapi juga dapat dilihat dari karya tulisnya yang berjumlah 27 kitab. Informasi terbaru adalah, KH Hasyim Asy’ari selain menulis kitab, juga seorang kolumnis di beberapa majalah: “Majalah Nahdlatoel Oelama”, “Panji Masyarakat” dan “Swara Nahdlatoel Oelama”. Satu karya yang menjadi dasar organisasi NU adalah “Muqaddimah al Qanun al-Asasy li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’”: semacam Pembukaan Undang-Undang Dasar (landasan pokok) NU.
NU didesain oleh Kiai Hasyim sebagai jam’iyah yang bersifat inklusif. Organisasi dengan jumlah anggota dan jamaah terbesar di dunia tersebut sangat terbuka bagi semua golongan yang ingin masuk dan berkhidmah. NU diharapkan menjadi wadah pemersatu umat Islam di kemudian hari. Selain itu, Hadratussyekh mencita-citakan NU dapat berkontribusi dalam menciptakan perdamaian di Indonesia. Pemikiran, sejarah, dan kehidupan Hadratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari sudah banyak ditulis dan publikasikan, baik dalam bentuk buku, artikel, penelitian tugas akhir (skripsi, tesis, dan disertasi) maupun dalam tulisan lepas. Bahkan perjuangannya sudah didokumentasikan dalam film dengan judul “Sang Kiai”. Apabila nama KH Hasyim Asy’ari dicari melalui peramban Google, maka hasilnya sekitar 1.960.000 dalam 0,32 detik.
Dari berbagai tulisan dan karya-karya tentang KH Hasyim Asy’ari, buku dengan judul Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia (Percikan Pemikiran Reflektif Socio Religious KH Abdul Hakim Mahfudz) adalah karya yang lengkap tapi tidak terlalu tebal. Buku ini diinarasikan dengan bahasa yang lugas tetapi ilmiah. Banyak kisah dan informasi baru yang sebelumnya belum diekspos dituliskan secara logis dan sistematis, dan kontekstual penjelasannya. Boleh dikatakan sekilas membaca langsung terkesan.
Pemikiran KH Hasyim masih relevan untuk dibahas dan dapat dijadikan sebagai arus utama. Sebab, banyak karakter yang dibangun dan sarat dengan pesan-pesan akademik. Sebagai contoh, terdapat satu klausa penting yang termaktub dalam buku tersebut, yakni “Penguasa peradaban adalah ilmu. Hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umur untuk memperoleh ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan menunda-nunda dan berangan-angan panjang, sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan.”
Pesan Hadratussyekh di atas sangat relevan untuk saat sekarang khususnya kaum milenial dan generasi Z, serta generasi Alpha yang sebagian aktivitasnya ada dalam dunia virtual. Pembahasan tentang ilmu menjadi prioritas. Dengan ilmu, semua potensi diri manusia akan berkembang. Jika semua potensi berkembang dengan baik dan optimal, maka Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang mampu hidup mandiri serta bermartabat. Ajaran dan pesan-pesan moral Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari sangat dibutuhkan oleh generasi penerus perjuangan NU.
Oleh karena itu, penting dilakukan diseminasi pemikiran, gagasan, dan sejarah hidup Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari sebagai arus utama. Hal itu dilakukan melalui reaktualisasi dan rekontruksi nilai-nilai perjuangan yang sarat dengan karakter mulia, serta kontekstualisasi pemikiran dan pengalaman kehidupannya di masa kini. Hal ini juga perlu menjadi pijakan dalam menatap masa depan dengan penuh optimisme.
Sururin, Guru Besar Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pengurus Pimpinan Pusat Muslimat NU
Identitas Buku
Judul: Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia (Percikan Pemikiran Reflektif Socio Religious KH Abdul Hakim Mahfudz
Penulis: KH Abdul Hakim Mahfudz dkk
Terbit: April 2024
Tebal: xx+214 halaman
ISBN: 978-623-6098-19-6
Penerbit: Pustaka Tebuireng
Terpopuler
1
Resmi Rilis, Unduh Logo Harlah Ke-102 NU Di Sini
2
Harlah Ke-102 NU Digelar di Jakarta, Ini Rangkaian Agendanya
3
Melihat Antusiasme Haul Guru Sekumpul, 32 Ribu Relawan Layani Jamaah yang Membludak
4
Turun, Biaya Haji 2025 Rata-Rata Jadi 55,43 Juta Rupiah Setiap Jamaah
5
3 Amalan yang Perlu Diperbanyak dalam Bulan Rajab menurut Imam Baihaqi
6
Pro-Kontra Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan, Bagaimana Seharusnya?
Terkini
Lihat Semua