Mengenal Mustahal Achmad, Tokoh Pendiri IPNU
Senin, 24 Februari 2020 | 08:00 WIB
Ajie Najmuddin
Kontributor
Pada 24 Februari 1954 diselenggarakan Konferensi Besar I Lembaga Pendidikan Ma’arif NU di Semarang untuk merealisasikan gagasan pembentukan organisasi pelajar NU yang berskala nasional. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir perwakilan dari Surakarta/Solo, Semarang, dan Yogyakarta. Momen pertemuan ini yang kemudian dijadikan sebagai Hari Lahir Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).
Adapun tokoh yang mewakili ketiga daerah tersebut yakni M. Sufyan Cholil (Yogyakarta), H. Mustahal Achmad (Surakarta), dan Abdul Ghony Farida (Semarang).
Mustahal Achmad merupakan putra Kiai Masyhud, seorang kiai besar yang dikenal, khususnya sebagai ahli ilmu nahwu. Santri Kiai Masyhud tidak hanya berasal dari wilayah Soloraya, namun juga dari Jawa Timur dan wilayah lainnya. Bahkan, menurut penuturan salah satu tokoh di Solo, pada zaman itu para santri yang hendak khataman kitab Alfiyah, belum lengkap apabila belum sowan dan ditashih Kiai Masyhud.
Kiai Masyhud, yang juga tokoh pendiri NU Surakarta, mewariskan perjuangannya di NU kepada anak cucunya. Selain Mustahal, putrinya yang menjadi tokoh, yakni Hj Mahmudah Mawardi, Ketua PP Muslimat NU (1950-1979). Kemudian cucu Kiai Masyhud, di antaranya Chalid Mawardi (deklarator PMII) dan Farida Mawardi (Ketua PP IPPNU 1963-1966).
Sedangkan Mustahal, di tingkatan lokal, keterlibatannya di NU, khususnya IPNU, dia pernah didapuk menjadi Ketua IPNU Surakarta periode pertama. Kemudian di tingkat pusat, ia juga masuk ke pengurus PP IPNU periode pertama (1954-1955),
di bawah kepemimpinan Tolchah Mansoer. Kala itu, Mustahal Achmad masuk ke dalam kepengurusan, dan tercatat dengan nama Mustahal A.M.
Di era Mustahal menjadi Ketua IPNU Surakarta ini, Kota Solo menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Panca Daerah (Konferensi Segi Lima) pada 30 April-1 Mei 1954.
Semasa menjadi ketua IPNU Surakarta, Mustahal juga merangkap jabatan sebagai Ketua PMII Surakarta (1960-1962). Selepas dari keduanya, Mustahal tetap aktif di kepengurusan NU dan banomnya, yakni Ketua PC GP Ansor Surakarta (1958-1964), Wakil Ketua PCNU Surakarta (1964-1967). Sedangkan di bidang politik, ia pernah menjadi anggota DPRD Jawa Tengah hasil dari Pemilu 1971 (Partai NU) dan Pemilu 1977 (PPP).
Demikianlah kiprah singkat, tokoh pendiri IPNU, kelahiran Solo 8 Januari 1935 tersebut. Kecintaannya pada NU tidak hanya tercermin dalam kesehariannya, hal tersebut bahkan diabadikan dalam nama putera-puterinya, yang kesemuanya diberikan nama berinisial “NU”. Mereka yakni Ni’matun Ulfa, Niswatul Umah, Najmatul Usrah, Nasirul Umam, Naimul Unsi dan Nasikhul Ukhwan.
Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua