Bashar al-Assad Jadi Presiden Akali Konstitusi, Kini Tumbang dan Melarikan Diri
Selasa, 10 Desember 2024 | 13:00 WIB
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Oposisi Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memukul mundur Presiden Bashar Al-Assad hingga membuatnya kabur. Kejatuhan rezim Bashar Al-Assad sekaligus menandai berakhirnya kekuasaan Partai Baath yang sudah terjadi selama lebih dari separuh abad.
Assad diketahui meninggalkan Suriah dari bandara internasional Damaskus pada Ahad (08/12/2024) pagi. Namun, Assad tidak mengungkapkan tujuannya. Keberadaan Assad tidak diketahui bahkan oleh orang terdekatnya.
"Tiran Bashar Al-Assad telah kabur. Kami mendeklarasikan Damaskus bebas dari tiran Bashar Al-Assad," demikian pernyataan pemberontak dikutip Al Jazeera.
Komandan HTS Hassan Abdul-Ghani dalam pidatonya mengumumkan, "Kami mendeklarasikan kota Damaskus terbebas dari tiran Bashar al-Assad. Bagi para pengungsi di seluruh dunia, Suriah Merdeka menanti Anda."
Kejatuhan rezim Assad dirayakan oleh oposisi dan warga Suriah yang turun ke jalan di Damaskus, suara tembakan terdengar di seluruh kota. Patung-patung ayah dan saudara laki-laki Assad dihancurkan, dan gambar-gambar mereka di papan iklan serta kantor pemerintah dihancurkan, diinjak-injak, atau dibakar.
Runtuhnya kekuasaan Assad menandai puncak pemberontakan yang berlangsung hampir 14 tahun dalam perang saudara Suriah, yang telah merenggut nyawa sekitar 500.000 orang dan menggusur separuh populasi negara tersebut. Sekitar 6,8 juta warga Suriah telah melarikan diri dari negara itu.
Bashar al-Assad pertama kali menjabat sebagai presiden pada tahun 2000 setelah ayahnya, Presiden Hafez al-Assad, meninggal. Hafez telah memerintah Suriah selama seperempat abad, memegang kendali sebagai tokoh politik dari kelompok minoritas Alawite-nya.
Bashar Assad menjadi 'pewaris' kekuasaan setelah saudaranya, Bassel, meninggal dalam kecelakaan mobil pada 1994. Assad lulus dari Universitas Damaskus pada tahun 1988 dengan gelar di bidang oftalmologi dan bekerja di rumah sakit militer di Damaskus. Kemudian, pendidikannya ia teruskan di London untuk melanjutkan pelatihan medisnya sebagai dokter mata.
Usai kembali ke Suriah, ia menerima pelatihan militer, dan mengambil peran dalam pemerintahan pada pertengahan 1990-an. Pada akhir dekade 1990-an, ia ditugaskan untuk memimpin hubungan Suriah dengan Lebanon.
Setelah ayahnya meninggal pada 2000, Assad yang telah menjadi kolonel di Suriah mengonsolidasi dukungan di kalangan militer dan Partai Baath. Ia diangkat menjadi panglima angkatan bersenjata dan sekretaris jenderal Partai Baath sebelum melalui referendum yang mengukuhkannya sebagai presiden.
Jalan Assad menuju kursi kepresidenan penuh rekayasa politik. Parlemen Suriah mengubah konstitusi untuk menurunkan batas usia calon presiden dari 40 menjadi 34 tahun, usia Assad pada saat itu. Pada Juli 2000, Assad terpilih untuk masa jabatan tujuh tahun sebagai presiden dengan meraih 97 persen suara dalam pemilihan umum yang hanya mencantumkan satu kandidat.
Assad terpilih untuk masa jabatan kedua pada 2007 dan ketiga pada 2014. Meskipun pada 2000 Assad berjanji akan melakukan reformasi luas termasuk modernisasi ekonomi dan memerangi korupsi. Namun, 'Musim Semi Damaskus' demikian sebutannya, berumur pendek.
Human Rights Watch mencatat bahwa setelah berkuasa, Assad dengan tegas menindak siapa saja yang menentangnya, baik di kalangan pemerintah, oposisi politik, jurnalis, maupun aktivis.
Harapan negara-negara Barat bahwa Bashar akan membawa angin segar ke Suriah terbukti keliru. Ia mempertahankan kekuasaan dengan tangan besi keluarga Assad dan dominasi sekte Alawi di negara mayoritas Muslim Sunni tersebut, serta hubungan dekat Suriah dengan Iran, sekutu Israel yang menjadi musuh bebuyutannya.
Perang saudara Suriah
Dilansir dari BBC dalam kebijakan luar negeri, Presiden Bashar al-Assad melanjutkan kebijakan garis keras ayahnya terhadap musuh bebuyutan Suriah, Israel, yang telah menduduki sebagian besar Dataran Tinggi Golan Suriah sejak Perang Timur Tengah 1967.
Ia bersikeras bahwa tidak ada perdamaian dengan Israel sampai tanah yang diduduki dikembalikan "sepenuhnya" dan mendukung kelompok bersenjata Palestina yang menentang negara Yahudi tersebut.
Hubungan Suriah yang sudah tegang dengan Amerika Serikat memburuk setelah serangan bom Februari 2005 di Beirut yang menewaskan mantan Perdana Menteri Lebanon, Rafik Hariri. Kecurigaan langsung diarahkan kepada Assad, dinas keamanan Suriah yang mendominasi Lebanon, dan gerakan militan Hizbullah.
Meskipun Assad menyangkal keterlibatannya, kemarahan internasional atas pembunuhan itu memaksa pasukan Suriah menarik diri dari Lebanon pada bulan April 2005, mengakhiri kehadiran militer selama 29 tahun.
Pada pertengahan 2011, ketika protes antipemerintah meletus di Kota Deraa, Assad awalnya tampak ragu dalam menanggapi protes tersebut. Ia bersikeras bahwa seruan reformasi dan keluhan ekonomi telah dibayangi oleh "para penyabot" yang merupakan bagian dari konspirasi eksternal. Meski mencabut Undang-Undang Darurat yang berlaku sejak 1963, tindakan keras terhadap pengunjuk rasa meningkat, dengan pengiriman tentara dan tank untuk memerangi "geng kriminal bersenjata."
Pada Januari 2012, Assad berjanji untuk menghancurkan apa yang disebutnya "terorisme" dengan "tangan besi". Namun, meski ada upaya reformasi dan pemilu, pemberontakan terus berlanjut. Para pendukung oposisi mulai mengangkat senjata, pertama untuk membela diri, dan kemudian untuk mengusir pasukan loyalis.
Pada 2013, pasukan pro-pemerintah melakukan serangan untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai pemberontak, sedangkan kelompok militan Hizbullah mendukung pemerintah Suriah. Pada Agustus 2013, pasukan Suriah dituduh melakukan serangan senjata kimia di Ghouta yang menewaskan ratusan orang. Meski Assad membantah, negara-negara Barat, seperti AS, Inggris, dan Prancis, menyimpulkan bahwa serangan itu hanya dapat dilakukan oleh pasukan pemerintah.
Intervensi Rusia pada 2015 memberikan angin segar bagi Assad. Militer Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran, terutama di Aleppo, yang akhirnya berujung pada kemenangan pasukan Suriah dalam beberapa pertempuran kunci.
Namun, serangan kimia di Khan Sheikhoun pada 2017 dan Douma pada 2018 menyebabkan kemarahan internasional. AS dan sekutunya melakukan serangan udara balasan. Meski banyak pihak menuduh pasukan Suriah melakukan kejahatan perang, Assad membantahnya.
Selama beberapa tahun berikutnya, perang tidak menunjukkan tanda-tanda akan selesai. Pada 2019 dan 2020, meski ada gencatan senjata, bentrokan terus berlanjut di wilayah barat laut Suriah.
Masalah ekonomi menjadi isu besar pada 2021. Pada saat yang sama, Assad terpilih kembali untuk masa jabatan keempat meski dihadapkan dengan tuduhan pemilu yang tidak bebas dan adil. Perekonomian Suriah semakin merosot, menyebabkan harga barang kebutuhan dasar melambung dan protes marah meletus di wilayah yang masih dikuasai pemerintah.
Pada 2023, protes kembali meletus, kali ini di provinsi Suweida, dengan massa menyerukan penggulingan Assad. Banyak juga yang mengkritik keluarga Assad dan elite penguasa yang terlibat dalam perdagangan narkoba Captagon.
Pemulihan hubungan antara Suriah dan negara-negara Arab berlangsung setelah gempa bumi dahsyat mengguncang Turki dan Suriah barat laut. Negara-negara yang sebelumnya mendukung oposisi kini memberikan bantuan kemanusiaan ke wilayah yang dikuasai pemerintah.
Jatuhnya kekuasaan Assad
Pada 8 Desember 2024, pemberontak mengumumkan berakhirnya kekuasaan Bashar al-Assad setelah serangan mendadak yang merebut kota-kota penting dan menyerbu Damaskus. Hanya dalam waktu 11 hari, pemberontak yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan kilat yang menguasai Aleppo dan daerah sekitarnya. Serangan ini memicu pertempuran sengit dan menyebabkan lebih dari 130 korban tewas dalam waktu 24 jam.
Pada 5 Desember 2024, pemberontak merebut Hama setelah pertempuran intens dengan pasukan Assad. Setelah itu mereka menargetkan Homs yang dikenal sebagai "ibu kota revolusi". Pada 8 Desember, pasukan pemerintah mundur dari Bandara Internasional Damaskus, dan Assad dilaporkan meninggalkan negara itu. Pemberontak memasuki Damaskus dan mengumumkan berakhirnya rezim Assad, yang memicu perayaan di jalanan oleh penduduk setempat.
Terpopuler
1
Modal Infak Rp10 Ribu per Orang Tiap Bulan, MWCNU di Jombang Berhasil Bangun Kantor Seharga Rp1,6 Miliar
2
Khutbah Jumat: Amalan Sederhana, Namun Bermanfaat Bagi Sesama
3
Khutbah Jumat: 3 Penyakit Hati yang Harus Dijauhi
4
Khutbah Jumat: Bersabar dan Memetik Hikmah di Balik Musibah
5
7 Hari Wafatnya Syekh Hisham Kabbani: Melihat Gerak Dakwahnya di Amerika
6
Bashar al-Assad Jadi Presiden Akali Konstitusi, Kini Tumbang dan Melarikan Diri
Terkini
Lihat Semua