KH Azaim Ibrahimy Sampaikan Hizib NU dari Syaikhona Kholil Bangkalan
NU Online · Kamis, 23 Oktober 2025 | 14:31 WIB
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy bersama jajaran PBNU serta jamaah saat agenda Istighotsah Bersama Dzurriyyah Muassis NU di Masjid An-Nahdlah PBNU, Jl. Kramat Raya No. 164, Jakarta Pusat, Rabu (22/10/2025). (Foto: Humas PBNU/Junaidi)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU OnlineÂ
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy menyerukan kaum santri dan nahdliyyin terutama alumni pondok tersebut untuk mengamalkan hizib NU. Hizib ini disebut ijazah dari Syaikhona Kholil Bangkalan.
"Saatnya hari ini kita baca kembali hizib NU," ajaknya dalam Istighotsah Bersama Dzurriyyah Muassis NU bertempat di Masjid An-Nahdlah PBNU, Jalan Kramat Raya No. 164, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (22/10/2025) malam.
Kiai Azaim mengatakan, waktu pelaksanaan riyadhah ini dapat dimulai sejak Hari Santri Nasional 2025 hingga peringatan Hari Pahlawan pada mendatang. Cucu dari KHR As'ad Syamsul Arifin ini menjelaskan yang dimaksud dengan hizib NU sekaligus menerangkan tata cara pengamalannya.
"Apakah yang dimaksud itu hizib NU? Hizib ala pesantren dengan membaca alam tara (al-fil) minimal 3 kali," ungkapnya.
"Tetapi tata caranya, ketika membaca (lafal) tarmihim dibaca 11 kali atau jika ada waktu lebih luang silakan dibaca 11 kali ditambah tangan memeragakan lempar jumroh," lanjutnya sambil mengangkat tangan kanannya mempraktikkan.
Peragaan ini, paparnya, dibarengi dengan itikad untuk melawan kezaliman yang coba mengusik nilai-nilai yang termuat di dalam ajaran pesantren dan Islam Ahlussunanh wal Jamaah.
"Imajinasi kita adalah menghadapi musuh besar agama, NU, pesantren Indonesia, dan umat Islam, tentunya ahlussunnah wa jamaah," ujarnya.
Sebelumnya, ia menilai bahwa saat ini pesantren dan Islam aswaja secara umum tengah menghadapi sejumlah tantangan seperti isu nasab dan framing buruk.
Menurutnya, hal ini merupakan upaya untuk menyingkirkan nilai-nilai pesantren dari pembangunan di Indonesia sekaligus mencabutnya dari keterlibatan geopolitik Internasional.
Untuk diketahui, istighotsah bersama dzuriyyah Muassis NU akan diselenggarakan secara rutin tiap Kamis malam sebagai upaya memperkuat ikatan batin di samping upaya zahir.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua