Nyai Masriyah Amva Ajak Pengasuh Pesantren Terapkan Prinsip Ramah Anak
NU Online · Jumat, 14 November 2025 | 13:00 WIB
Nyai Hj Masriyah Amva di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat pada Kamis (13/11/2025). (Foto: dok. LAZISNU PBNU)
Rikhul Jannah
Kontributor
Cirebon, NU Online
A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nyai Hj Masriyah Amva menyerukan ajakan kepada seluruh pengasuh pesantren di Indonesia untuk menerapkan prinsip pesantren ramah anak.
Ia menegaskan bahwa lingkungan pesantren yang aman, nyaman, dan bebas kekerasan merupakan fondasi penting bagi tumbuh kembang santri.
“Semua ulama, semua pengasuh-pengasuh pesantren di seluruh Indonesia mari kita terapkan dan kita teguhkan pesantren yang ramah, aman, dan nyaman bagi anak-anak untuk belajar dan mengaji. Kalau anaknya nyaman belajar maka dengan mudah meraih prestasi untuk masa depannya,” ujarnya saat ditemui NU Online di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Ciwaringin, Cirebon, Kamis (13/11/2025).
Nyai Masriyah menjelaskan bahwa penerapan konsep pesantren ramah anak di lembaganya dilakukan melalui langkah yang mengedepankan perlindungan, pendampingan, dan penanaman akhlak.
Ia menyampaikan bahwa santri terutama yang masih di bawah umur harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang serta dijauhkan dari perilaku kekerasan dalam bentuk apapun.
“Kita di sini mengajarkan anti-bully pada anak-anak. Kemudian mendahulukan segala sesuatu terlebih dahulu anak-anak. Dan menyayangi mereka, membimbing mereka. Kemudian menyayangi mereka sebagaimana mereka itu anak-anak kita,” jelasnya.
Nyai Masriyah mengingatkan bahwa setiap persoalan yang dialami santri harus segera ditangani pengasuh agar tidak berkembang menjadi kekerasan atau perundungan.
Sebagai pengasuh Pesantren Kebon Jambu, ia mengaku selalu konsisten menyisipkan pendidikan akhlak dan nilai toleransi dalam setiap pengajian. Menurutnya, momen pengajian menjadi waktu paling efektif untuk menanamkan pesan moral kepada santri.
“Kita selalu menasihati ketika mereka pengajian umum atau pengajian akhlak. Bagaimana kita berakhlak mulia dan sebagainya. Itu selalu kita kedepankan tentang akhlak. Kami selalu selipkan edukasi atau nilai-nilai toleransi kepada sesama pada saat pengajian,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa pengasuh dan pendamping selalu mengingatkan santri agar tidak mem-bully, memukul, mengejek, atau melakukan kekerasan terhadap temannya.
Pengawasan terhadap santri dilakukan secara terstruktur. Setiap kamar santri memiliki satu musrif atau musrifah yang bertugas mengawasi 10 santri. Ia juga menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara wali santri dan pengasuh agar setiap persoalan dapat cepat ditangani.
“Segala masalah-masalah yang terjadi pada anak-anak ini, mereka lapor kepada musrifah, kemudian musrifah kepada orang tuanya atau pengasuh,” ujarnya.
Untuk penegakan disiplin, pesantren tetap memberikan hukuman, namun dengan pendekatan edukatif dan aman bagi anak.
“Misalkan ada santri yang tidak menaati peraturan pesantren, yang kami lakukan memberikan hukuman yang tentu mengedepankan edukasi dan perlindungan untuk anak-anak, seperti olahraga push up cuma 10 kali atau mengambil sampah selama 5 menit,” kata Nyai Masriyah.
Ia menilai bentuk disiplin seperti itu tidak hanya melatih kedisiplinan, tetapi juga menyehatkan santri dan menjaga kebersihan lingkungan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua