Pustaka

Belajar Kisah-kisah Penyejuk Hati dari Kitab An-Nawadir

Selasa, 31 Desember 2024 | 05:00 WIB

Belajar Kisah-kisah Penyejuk Hati dari Kitab An-Nawadir

Kitab An-Nawadir. (Foto: NU Online)

Dunia adalah lubang jarum yang begitu sempit dibandingkan dengan kemahaan-Nya yang tak terkira. Dunia hanya sekadar sampel yang bisa dijadikan pembuka untuk menelusuri mahakarya-Nya. Dunia sama sekali bukanlah padang ilalang di kala senja yang cocok untuk dijadikan tempat istirahat untuk selamanya.

Imam Syihabuddin Al-Qulyubi atau yang lebih terkenal dengan nama Imam Qulyubi melalui kitabnya yang berjudul, An-Nawadir memaparkan kisah-kisah inspiratif yang dapat menjadi penyejuk dan pelembut hati yang kering kerontang. Dalam kitabnya ini, beliau telah menuangkan kelebihan yang tak terhitung, termasuk juga penjelasan dan kemanfaatan yang tak berujung.


Imam Qulyubi sendiri mempunyai nama lengkap Ahmad bin Ahmad bin Salamah Al-Qalyubi Asy-Syafi’i Al-Azhari. Sebagaimana nisbah yang melekat pada namanya, ia berasal dari Qalyub, sebuah desa yang dulunya secara administratif berada di Provinsi Asy-Syarqiyyah dan sekarang beralih menjadi desa, sekaligus menjadi markaz, kota, dan provinsi yang bernama Provinsi Al-Qalyubiyyah, Mesir.


Selain mengabdikan dirinya untuk mengajar, Syekh Syihabuddin Al-Qalyubi juga menulis sejumlah karangan dalam berbagai fan keilmuan. Salah satu karyanya yang monumental dan banyak dipelajari oleh para santri bermadzhab Syafi’i adalah kitabnya berjudul, Hasyiyah Al-Qulyubi ‘ala Kanzir Raghibin ‘ali Minhajith Thalibin.


Sekilas tentang Kitab An-Nawadir

Imam Syihabuddin Al-Qulyubi dalam mukadimah kitab ini mengatakan bahwa kitab An-Nawadir adalah kitab kecil yang mudah dipahami dan melimpah ruah ilmu yang ada di dalamnya. Selain itu, pancaran kebaikan juga mengalir dari lembaran-lembarannya.


Kitab ini berisi kisah-kisah ringkas yang bermanfaat, ungkapan-ungkapan indah yang tinggi lagi semerbak. Kisah-kisah yang ada di dalamnya adalah kisah-kisah yang tergolong langka sekaligus menakjubkan. An-Nawadir juga dilengkapi dengan faedah-faedah yang melimpah dan catatan-catatan asing dan berharga.


Kitab An-Nawadir dapat membantu pembaca memahami Islam dengan cara yang berbeda. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak pembaca, seperti apakah ikhtiar dapat bermanfaat, apakah doa bisa mengubah jalan hidup, dan apakah takdir bisa diubah, dapat dijawab melalui kitab ini. 


Isi Kitab An-Nawadir

Kitab karya Imam Al-Qulyubi ini secara garis besar memaparkan kisah-kisah menakjubkan yang dapat menjadi penyejuk dan pelembut hati yang kering kerontang, yang berjumlah sekitar 215 kisah.


Berikut adalah beberapa judul kisah, dari total 215 kisah tersebut:

  1. Kisah tentang keutamaan membaca Basmalah
  2. Kisah tentang keutamaan shalat malam
  3. Kisah tentang keutamaan istiqamah
  4. Kisah tentang keutamaan niat
  5. Kisah tentang keutamaan berpuasa
  6. Kisah tentang keutamaan ikhlas
  7. Kisah tentang keutamaan tawakal
  8. Kisah tentang keutamaan sedekah
  9. Kisah tentang keutamaan ilmu dan orang yang mencarinya
  10. Kisah tentang keutamaan para ulama
  11. Kisah tentang keutamaan bulan Rajab
  12. Kisah tentang keutamaan hari Asyura
  13. sabar dalam menghadapi cobaan
  14. Kisah tentang kelembutan hati para pemimpin
  15. Kisah tentang macam-macam rezeki


Kisah tentang Keutamaan Tawakal kepada Allah

Alkisah, Dzun Nun al-Mishri berburu di laut. Anak perempuannya yang masih kecil ikut bersamanya. Jaring dilemparkan ke laut dan berhasil menangkap seekor ikan. Setelah mengetahui hasil tangkapannya, ikan itu hendak diambil dari jaring. 


Namun, anak putrinya mengerti bahwa ikan dalam jaring tersebut menggerak-gerakkan mulutnya. Melihat hal tersebut, tanpa dinyana, si anak melemparkannya lagi ke laut.


Mengapa engkau melakukan itu, putriku?” tanya Dzun Nun al- Mishri kepada anaknya dengan heran.


Ayah, aku tidak rela seekor makhluk yang berdzikir kepada Allah swt dimakan,” ujar si anak.


Lalu, apa yang akan kita kerjakan?” tanya Dzun Nun.


Kita bertawakkal kepada Allah swt saja. Maka, rezeki akan diberikan kepada kita dari hewan yang tidak disebutkan oleh Allah swt,” jelas si anak.


Sang ayah pun meninggalkan perburuan ikan. Mereka berdiam diri dan bertawakkal kepada Allah swt sampai sore, tidak ada sesuatu pun yang menghampiri. Ketika Isya datang, Allah swt menurunkan berbagai makanan dari langit kepada mereka. 


Setiap malam, makanan itu diberikan. Hal ini berlangsung selama sekitar dua belas tahun. Dzun Nun al-Mishri menyangka bahwa pemberian makanan-makanan tersebut sebab shalat, puasa, dan ibadahnya.


Selanjutnya, anak Dzun Nun al-Mishri pun meninggal dunia. Semenjak itu pula, tidak ada makanan yang turun kepada Dzun Nun al-Mishri. Maka, ia menyangka bahwa makanan tersebut diberikan karena anaknya. Akhirnya, Dzun Nun al-Mishri kembali kepada persangkaan semula. (hal. 12-13)


Kelebihan Kitab An-Nawadir

Salah satu kelebihan kitab ini terletak pada kepiawaian penulisnya dalam menyajikan paparan kisah-kisah penyejuk hati dengan gaya bahasa yang ringan, tak bertele-tele. Sehingga, akan semakin memudahkan para pembaca yang ingin mendalami ajaran Islam lewat cara sajian kisah.


Selain itu, topik yang dijadikan bahan cerita juga sangat relevan untuk diaplikasikan dalam kehidupan masa kini, sehingga para pembaca akan semakin asyik dalam membaca seraya melakukan kontekstualisasi dalam kehidupan masyarakat modern.


Komentar mengenai Kitab An-Nawadir

Penulis berpendapat, model penulisan Imam Qulyubi dalam kitab ini terkesan kurang sistematis. Karena setiap kisah yang beliau tulis tidak disertai dengan sub-tema yang disebutkan. 


Hal ini, hemat penulis, mungkin karena Imam Qulyubi termasuk ulama klasik, sehingga beliau juga mengikuti cara para ulama pada waktu itu dalam model penulisannya.  Berbeda dengan model penulisan ulama kontemporer yang terkesan lebih sistematis, sehingga bagi para pembaca masa kini juga akan lebih mudah untuk memahami paparan isinya.


Selain itu, kisah-kisah yang dicantumkan kebanyakan juga tidak rasional. Sehingga, sekadar saran, bagi para pembaca perlu melakukan pembacaan secara kritis terhadap kisah-kisah yang irasional tersebut.


Identitas Kitab


Judul: An-Nawadir
Penulis: Imam Syihabuddin Al-Qulyubi
Penerbit: Maktabah Musthafa Al-Babi Al-Halabi
Tempat Terbit: Mesir
Tebal: 196 halaman
Terbit: 1374 H


Peresensi: M Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman, Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.