Pendidikan Murah Masih Mungkin
Jauh sebelum Indonesia merdeka kalangan aktivis pergerakan telah mempersiapkan bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka agar menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Untuk mempersiapkan hal itu diselenggarakanlah pendidikan sekolah, yang sebelumnya telah banyak didirikan lembaga pesantren, padepokan dan sebagainya. Saat itu tidak semua orang bisa sekolah, hanya bangsa kulit putih Eropa dan khususnya Belanda. Dari kalangan pribumi hanya anak para bangsawa, anak para ambtenar yang diizinkan masuk sekolah. Sementara anak rakyat biasa hanya boleh menonton.
Untuk mengatasi hal itu, maka pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara merintis sekolah untuk rakyat yang diberi nama Taman Siswa, sebagai pendidikan alternatif dari pendidikan Belanda. Dengan tegas dikatakan bahwa pendidikan nasional haruslah dibangun di atas kuburan westerch koloniaal shoolsystem (system pendidikan kolonial barat), dengan semboyan ; tiap rumah jadi perguruan, tiap orang jadi pengajar dengan atau tanpa ordonasi pemerintah. Dengan prinsip itu pendidikan ini tidak hanya bisa dimasuki seluruh lapisan rakyat, tetapi juga mengajarkan materi yang dibutuhkan masyarakat. Tidak hanya bersifat intelektualistik, namun lebih moralistis, untuk membangun karakter bangsa.
Senin, 1 Agustus 2005 | 04:38 WIB